Pertanyaan ini kerap muncul dalam perbincangan di forum para komunitas photography atau diskusi pemula. Kamera digital yang nota bene tak lagi memakai film kerap dibayangkan sebagai sebuah kamera yang bisa dipakai terus menerus tanpa batas. Jepret sesukanya, lihat hasilnya, tidak suka ya tinggal hapus saja. Tanpa sadar jumlah foto yang sudah kita ambil mencapai ribuan hanya dalam waktu sebentar saja. Memang tidak ada salahnya apalagi demi alasan belajar fotografi, namun bila kita hanya memotret iseng saja, maka jangan gunakan kamera DSLR. Mengapa, karena kamera DSLR punya shutter unit yang umurnya terbatas.
Jawaban dari judul diatas jelas, karena shutter pada kamera DSLR bagaimanapun juga adalah masih sama seperti pada kamera SLR film, berupa shutter mekanik yang meski sudah dikendalikan secara elektronik namun bekerja membuka-menutup secara vertikal setiap foto diambil. Gerakan shutter inilah yang menimbulkan suara khas dari kamera DSLR saat memotret. Banyak yang belum tahu kalau shutter itu bila terus menerus dipakai suatu saat akan rusak (macet atau tidak berfungsi). Kisah yang umum terjadi adalah saat seseorang baru membeli kamera DSLR dia begitu kegirangan memotret sesukanya dan tiba-tiba dia terkejut saat mengetahui kalau shutter kamera DSLR itu ada batasnya, lalu terbayang sudah berapa banyak foto yang dihambur-hamburkannya di masa lalu.
Usia shutter (diistilahkan dengan Shutter Count) memang tidak ada yang bisa memastikan. Pabrik hanya mendesain shutter unit dan melakukan pengujian hingga jumlah tertentu dan merilis hasilnya di spesifikasi kamera DSLR. Kamera kelas pemula dinyatakan lolos uji hingga 50.000 kali pemakaian, sementara kamera kelas diatasnya bisa mencapai 100.000 kali bahkan hingga 300.000 kali. Angka ini tidak mengikat, ada kamera pemula yang bisa melampaui angka 50.000 dan ada juga yang baru 25.000 sudah rusak. Untuk melihat sudah berapa kali sebuah kamera DSLR itu dipakai, lihat shutter count di data EXIF-nya.
Yang jadi pertanyaan dalam komunitas photography selanjutnya adalah, mengapa shutter mekanik semacam ini masih diperlukan di kamera DSLR? Padahal kamera digital biasa mulai dari kamera ponsel sampai kamera prosumer memakai shutter elektronik dengan hanya mengandalkan sensor saja. Tak lain jawabannya adalah karena sensor pada kamera DSLR tidak bisa melakukan ‘gating’ atau on-off tanpa bantuan shutter unit ini. Saat shutter masih tertutup, sensor mengalami kondisi ‘gelap’ dan saat kita memotret shutter membuka sejenak (sesuai shutter speed yang diatur oleh kita atau kamera) lalu menutup lagi. Dari gelap pertama menuju gelap kedua itulah trigger bagi sensor untuk bekerja. Di masa depan shutter mekanik bisa saja sudah tidak digunakan, bila produsen berhasil mendesain alternatif lain yang lebih murah namun tetap handal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar