Tunjungan tempo dulu dalam kenangan

Rek ayo rek mlaku-mlaku nang Tunjungan Rek ayo rek rame-rame bebarengan Cak ayo cak sopo gelem melu aku Cak ayo cak golek kenalan cah ayu

Siapa tak kenal petikan lagu ini, mungkin teman-teman sesama komunitas photography tau bukan saja bagi orang Surabaya atau warga Jawa Timur bahkan lagu ini dikenal juga di seantero Indonesia. Tunjungan..nama yg disebut pada syair lagu itu menjadi fenomenal dan tentunya menjadi daya tarik bagi warga luar Surabaya.
Hampir setiap kota memiliki ciri khasnya masing-masing. Diantaranya adalah jalan, tempat segala keramaian dan belanja serta warga kota berkumpul, walau hanya sekedar kongkow-kongkow. Jogja dengan Malioboro-nya, Samarinda dengan Pasar Pagi dan Citra Niaga-nya, Semarang dengan Simpang Lima-nya, serta masih banyak lagi, dan bagi kota Surabaya, Tunjungan… sudah merupakan ciri pusat keramaian dan perbelanjaan.

Tunjungan merupakan sebuah kawasan komersial di kota Surabaya dimana sepanjang jalan ini banyak ditemui Bank, toko elektronik, Hotel, Restaurant dan pusat perbelanjaan Tunjungan.

Menurut sejarah, Surabaya terkenal dengan Tunjungan sejak jaman Belanda. Jalan Tunjungan semenjak awal abad ke-20 telah menjadi salah satu pusat komersial Kota Surabaya. Jalan ini adalah jalan penghubung yang menghubungkan derah perumahan disebelah Selatan-Timur dan Barat Surabaya (Gubeng, Darmo, Ketabang dan Sawahan), dengan daerah perdagangan yang ada disekitar Jembatan Merah.
Pada tahun 1930-an didirikan komplek pertokoan utama di Surabaya dengan bangunan beton dan gaya arsitektur modern. Di persimpangan Jalan Tunjungan dan Jalan Embong Malang, dulunya ada bangunan Toko Nam. Bangunan ini menduduki lahan bekas sebuah toko agen penjual mobil (Foto 1). Sayangnya Toko Nam ini sendiri bangunannya juga telah diruntuhkan sekitar tahun 1990-an.\

Foto 1: Persimpangan Jalan Tunjungan dan Jalan Embong Malang circa tahun 1925.







Di sepanjang Jalan Tunjungan terdapat berbagai macam toko dan restoran. Salah satunya adalah bangunan pertokoan dan restaurant "HELLENDORN" dipojok Jl. Kenari dan Jl. Tunjungan. Perancangnya adalah Ir. Th. Van Oyen (Foto 2). 


Foto 2: Pertokoan Jalan Tunjungan circa tahun 1930







Salah satu bangunan terkenal di Jalan Tunjungan adalah Gedung Siola. Sebelum menjadi Toko Siola, gedung ini dulu dipakai sebagai toko serba ada Inggris yang bernama "WHITEAWAY". Pada tahun 1940 an dipakai untuk menjual barang-barang yang didatangkan dari Jepang, namanya berganti menjadi "TOKO CHIYODA". Meskipun mengalami beberapa kali ganti wajah depannya, sekarang Gedung Siola masih merupakan landmark (tetenger)  bagi lingkungan disekitar Jalan Tunjungan.

 Foto 5: Siola
Foto 4: Jl. Tunjungan sekitar th.1930







Nama jalan ini juga menjadi dasar nama pusat perbelanjaan terkenal di Surabaya, yakni Plaza Tunjungan dan Hotel Tunjungan, walaupun kedua tempat ini terletak di antara Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Embong Malang.
Bangunan bersejarah lainnya adalah Hotel Majapahit Surabaya yang kini dikelola oleh Mandarin Oriental juga terletak di Jalan Tunjungan.

Foto 3: Hotel Oranje (Hotel Majapahit)










Kalau dulu orang bisa berjalan santai di jalanan, sekarang jangan diharap, jalan ditrotoar sudah susah karena harus bersaing dengan pedagang kalau berjalan agak ketengah bisa diseruduk kendaraan.situasi yang bising dan semrawut seperti ini membuat orang berfikir masih enak jaman dulu karena tenang dan bersih serta teratur. Meskipun sejak beberapa tahun terakhir ini,  Siola mulai sepi pengunjung namun Tunjungan Plaza masih patut disyukuri keberadaannya yang makin berkembang, serta Hotel Mojopahit dan Hotel Simpang yang semoga tetap bisa bertahan. Silakan bagi sahabat-sahabat STD berbagi kenangannya tetang kawasan Tunjungan disini, kami akan dengan senang hati menerimanya. Akankah Tunjungan menjadi kenangan sejarah tanpa bekas ? Ataukah Tunjungan akan dilestarikan dan ditata ulang ? kita tunggu waktu menjawabnya

Foto 6: kawasan tunjugan sekitar 1930

Tidak ada komentar:

Posting Komentar